Selasa, 23 September 2014

Ramalan Putus Tapi Tak Putus

Aku anak bungsu dari 3 bersaudara. Berperawakan subur, rambut pirang, kulit putih dan berhidung mini karena terhimpit pipi, ya itu semua anugrah fisik yang aku punya. Oh ya, namaku Felly Latifah, biasanya aku disapa bule karena kulitku inj atau ada juga yg menyapaku fey. Hmm, kedua kakakku sudah menikah dan mempunyai anak yang masing-masing baru 1 saja dan lelaki semua. Hanya aku yang belum menikah, bukan tak ada yang mau meminangku hanya saja aku masih bersekolah ketika itu.
Aku seringkali bergonta-ganti pacar, bukan hobi tapi tak ada yang dirasa pas denganku. Nah, untuk kali ini lain ceritanya bukan tidak pas bukan tidak suka bukan tidak sayang bukan juga tidak kaya, tapi karena ayahku tidak setuju. Kalo ibu sih menurut saja gimana ayah. Ayahku tidak merestui hubungan kami karena pacarku tinggal didepan gang rumahku. Mungkin tidak ada yang salah, hanya saja karena pengalaman kakak pertamaku yang menikah dengan seorang lelaki yang juga bertempat tinggal didaerah yang sama. Dan pernikahan mereka harus bercerai karena sesuatu hal. Yaa, namanya satu daerah pasti saja akan banyak tetangga yang membicarakan, sehingga ayahku menghindari hal itu.
Pacarku, Yoga Setiady. Dia cukup tampan dengan hidung mancungnya, berbadan tinggi dan kulitnya sawo matang. Ady dikenal sebagai lelaki yang rajin sholat dan aktif di organisasi.
Aku memang sudah kenal lama dengannya, hanya saja kita menjadi dekat ketika adanya Karang Taruna. Seringnya acara rapat hingga larut malam, membuat dia selalu mengantarku pulang ya meskipun hanya ditemani berjalan kaki. Sampailah pada hari kemerdekaan dan acara puncak tsekaligus berakhirnya rapat karang taruna alasan untuk kita bertemu. Malam itu seperti biasanya Ady mengantarku pulang, tetapi…
Sebelum aku masuk rumah, tiba-tiba saja Ady memegang tanganku. Tangannya dingin sekali sangat terasa ditelapak tanganku. Aku terdiam melihatnya yang sedang memandangku dengan berbinar-binar memalu. Lalu dia berkata..
“fey..” Ady menyebut namaku lembut,
“yaa, kenapa dy?” tanyaku,
“hmm aku seneng kita bisa deket, aku rasa aku sayang sama kamu fey..” Ady menatapku,
“aku juga seneng kita deket” tertunduk malu,
“kamu mau ga kalo kita pacaran?”
“hmmm.. iya aku mau” aku menerimanya.
Akhirnya malam itu 1 Agustus 2009 aku resmi menjadi pacarnya hehehe.
###
Hubunganku dengan Ady bisa dibilang mulus. Bukan berarti tak pernah ada masalah, hanya saja semuanya kita nikmati sebagai alasan untuk kita menjadi lebih mengenal satu sama lain dan saling mengerti. Tetapi, 4 bulan berlalu, aku merasa ragu dan takut. Ini karena ramalan guru teaterku, Kang Jono anak teater biasa menyapanya.
Ujian praktek seni yang mewajibkan setiap siswa untuk menampilkan karyanya dengan bernyanyi berkelompok, menjadi jalan untuk aku berkenalan dengan guru teater dulu di sekolah temanku. Aku dan teman-teman berkumpul dirumah Maya untuk latihan. Aku senang dilatihnya, karena aku juga suka bernyanyi. Selesai latihan, kami beristirahat mengemil hidangan kue isambila bercanda dan tertawa seru. Sedang asyik dengan lelucon teman-temanku, Ady datang menjemputku.
Aku memang meminta Ady menjemputku, tapi tak disangka dia datang begitu awal. Dia menungguku diteras rumah Maya. Lalu Kang Jono bertanya..
“itu pacarmu Fey?” tanya Kang Jono,
“iya hehe, cakep ya?” jawabku dengan candaan,
“ah bentaran lagi juga putus” celetuk Kang Jono,
“loh ko gitu sih Kang? Emangnya kenapa?” aku bertanya heran,
“ah gak apa-apa ko.. ga usah dipikirin” Kang Jono mengalihkan,
“ih serius dong Kang, fey penasaran nih, emang bener ya aku bakalan putus sama Ady?”
“kamu ada masalah gak sama dia?”
“gak ada ah, kita mesra ko” jawabnya tegas,
“orangtua kamu suka sama Ady gak?” Kang Jono bertanya,
“hmmm.. ko Kang Jono tau?” aku terheran,
“sini pinjam tangan kirimu, biar akang lihat” dia menerawang garis tanganku, Kang Jono tersenyum.
“Kang, gimana?” aku penasaran
“Ya orangtua kamu gak setuju sama Ady, akang sih gak tau itu karena apa tap akang yakin kamu pasti tau kenapa” Kang Jono menjelaskan,
“Jadi aku harus gimana Kang? Fey sayang sama Ady”
“Kamu harus siap, sabar dan terima kenyataan. Mau kamu berusaha seperti apapun, orang tuamu tak akan pernah merestui hubungan kalian”
Aku terdiam sedih dan melihat keluar semoga saja Ady tidak mendengar yang aku bicarakan dengan Kang Jono.
“Udah jangan sedih gitu, pulang sana kasian pacarmu nunggu didepan. Jangan terlalu dipikirkan, hak kamu mau percaya atau tidak dengan ramalan akang. Tapi dari semua yang pernah akang ramal, semuanya benar dan terjadi seperti apa yang akang ramalkan” Kang Jono menenangkan sekaligus memanasiku.
Aku pulang dengan beban ramalan Kang Jono. Aku memikirkannya, aku menjadi sedih jika harus membayangkan putus dengan Ady. Apa jadinya jika benar putus dan aku harus melihat menggandeng wanita baru disisinya. Bukan tidak mungkin aku tidak melihatnya kan jika rumah kami hanya bersebrangan gang. Aku menghela napas menenangkan diri dan menelpon Ady mencoba untuk menepis ramalan siang tadi.
###
Dua tahun sudah aku dan Ady masih berpacaran. Seringkali masalah datang mencoba mengakhiri hubunganku. Ayah dan ibuku masih saja belum merestui hubungan kami. Tapi meskipun begitu ayah dan ibu tidak memperlihatkannya. Ady sering main ke rumahku, ayah dan ibu juga bersikap sewajarnya saja. Tapi bulan desember 2011, ayahku meninggal karena serangan jantung. Aku menangis menjerit tak terima ayah meninggalkanku. Aku sangat sedih, karena ayah belum melihatku menikah.
Seiring berjalannya waktu, banyak tanya akan dibawa kemana hubunganku dengan Ady. Ibu memang tidak suka pada Ady, tapi juga tidak melarangku. Akhirnya ibu menyetujui aku dan Ady untuk bertunangan.
Setaun setelah tunangan, masalah datang silih berganti kian sulitnya masalah itu menaikkan levelnya. Ibuku ingin agar aku segera menikah dengan Ady, tapi Ady belum siap saat itu dikarenakan materi dan juga keluarganya yang terlihat mengundur pernikahan kami. Karena tak kunjung mendapat solusi, aku putus asa dan aku mengakhiri hubunganku dengan Ady.
Begitu sulit, karena banyak celah untuk bertemu dan tak bisa jika berjauhan dengannya.
Meskipun sudah putus, aku dan Ady tetap bertemu seperti biasa. Bertemu tetapi terasa rindu, entah apa yang aku rindukan. Aku merasa sedih saja hubungan yang lama ku jalin hingga pertunangan harus kandas hanya karena pernikahan yang tertunda.
Ady, Yoga Setiady.. aku sayang kamu!
###
Sebulan kami memutuskan hubungan, aku dan Ady yakin akan cinta yang kami bangun sejak awal. Ady berjanji akan menikahiku secepatnya. Aku pun rela merayu ibuku agar merestui hubungan kami untuk menikah. Untungnya ibu tak sulit ku rayu, karena selain ibu sudah tua, ibu ingin menyelesaikan tugasnya hingga mengantarkan anaknya ke gerbang pernikahan.
Dan terjadilah suatu pertemuan keluargaku dan keluarga Ady. Tanggal pernikahan pun sudah ditetapkan, bulan depan! Ya bulan depan, Oh Tuhan aku senang sekali dan tak bisa sabar untuk kali ini. Aku dan Ady akan menikah, tinggal satu atap dan aku dapat terlelap dipeluknya setiap malam. Ady, suamiku? Ah, rasanya aku geli mengatakannya hihihi.
Surat undangan, dekorasi, catering dan riasan pengantin pun sudah siap. Aku hanya tinggal menghitung hari untuk mendengar para saksi berseru “sah.. sah.. sah” hahahahhaha
Hari rabu 4 September 2013, hari dimana Ady meminangku dengan kalimat syahadat untuk menjadikanku halal. Aku cantik sekali dengan busana pengantin berwarna putih bermanik-manik, sanggulan rambutku yang menjunjung gedung membuat tamu terpesona, belebihan sekali bukan? Hahahahha. Ady juga tampan sekali memakai peci membacakan ijab qobul untuk memperistriku, aku senang dan senang hingga sulit kujelaskan rasanya.
Sekarang, aku dan Ady sudah memiliki satu orang anak lelaki dan baru berusia 2bulan. Namanya Bayu, dia mirip sekali dengan Ady hehehe. Hidung dan kulitnya diwarisi Ady, tetapi bibirnya sepertiku orang-orang bilang. Kini aku menyayangi dua lelaki, Ady dan Bayu.
***

Kamis, 21 November 2013

Dia Benalu

Kita adalah penyatuan aku dan kamu. Aku dan kamu, berdua menjadi satu. Bukankah begitu? Lalu siapa orang ketiga? Akan jadi apa aku, kamu dan orang ketiga yang kusebut dia. Dia siapa, dia mau apa, dia untuk apa, dia darimana, dia dia dia orang ketiga. Aku pikir hanya akan ada aku dan kamu untuk kita. Dia merubah aku dan kamu, dia mengganggu kita, dia mencari celah untuk memisahkan kita, dia membenci kita, dia iri pada aku dan kamu.
Mengapa orang ketiga selalu ada, entah dia hadir untuk merebutku atau merebut kamu. Haruskah dia menjadi benalu untuk pohon cinta kita. Dia seperti iri melihat tumbuhnya bunga asmara pohon cinta kita. Dia berharap bunga asmara layu supaya tidak sempat berbuah bahagia. Dia meracunimu zat-zat mematikan yang dapat menghambarkan rasa sayangmu untukku. Dia menyirami kamu dengan pupuk kimia mengandung racun.
Aku sendiri walaupun masih ada kita. Aku meratapi pohon terkasihku, dia ingin menebangnya. Dia ingin sepertiku yang dapat berbunga indah. Aku sendiri, batangku terasa patah melihat kamu dengan dia. Bungaku dipetik oleh dia yang tak punya rasa keindahan. Aku sendiri disini, bertahan melihat kamu dan dia. Aku yakin, bungaku akan tumbuh lagi. Dia benalu, tidaklah kekal karna akan banyak orang disana yang membasminya. Aku hanya perlu nutrisi untuk tetap berdiri menantimu, aku hanya perlu sinar matahari untuk menghangkatkan kesepianku disaat kamu dibenalunya.  

Jumat, 17 Mei 2013

Rinduku Hilang

Rindu, rinduku hilang. Ku sirnakan harapan di masa lalu. Menyambut harapan baru dengan senyuman. Tiba akhir tahun pelajaranku di sekolah dengan seragam abu putih. Ini akhir namun awal dari impian baru. Sekian bulan aku menyendiri, menutup hati, mematahkan harapan. Aku belajar mengikhlaskan yang harusnya jadi milikku, merelakan yang ingin pergi dariku, melapangkan dada menerima kenyataan yang ada. Aku seorang gadis dengan rasa yang selalu berlebihan terhadap seseorang. Ini mungkin baik tapi bisa juga merapuhkanku.
Ketika asaku terhenti oleh inginku, aku menyambut secercah cahaya yang menyilaukan mataku. Aku melihat dia, lelaki disekolahku. dia lelaki berkulit putih, kurus, berkumis tipis dengan mata yang menatap tajam. Dia terkesan sombong dan angkuh tapi terlihat menyenangkan. Dia, Muhammad Tulus Mauludi.
Entah bagaimana awalnya, kita saling mengenal. Tidak istimewa namun membuatku penasaran. Dan tidak disangka pula singkat waktu kita pun merajut tali kasih. Tepat pada tanggal 1 November 2009 meskipun hanya pernyataan pada pesan singkat layar handphone.
Ikatan berawal tanpa rasa sayang, bermodal penasaran ini begitu meragukan. Kita menjalin hubungan ini mungkin hanya untuk mengisi waktu dan menyewakan hati yang kosong. Rasa kesepian ini menarik kita untuk saling menghangatkan. Penasaran pun tumbuh menjadi rasa sayang. aku lupa akan masa lalu yang dulu begitu menyakitkan ketika menyayangi, dia memberi cahaya dihatiku yang dulu gelap. dia menggenggam tanganku dan menyandarku dibahunya. dia kekasih baruku dengan secercah cahaya untuk menerangiku. I love you.

Minggu, 23 September 2012

Akhir Rasa di Awal Tahun

Dimana ada awal maka juga akan ada akhir. Begitu pula dengan tahun, ada awal bulan dan akhir bulan. Aku pernah sangat menyayangi seorang lelaki. Sayangku sebenarnya manis untuknya, tapi menghasilkan rasa yang pahit. Wajahku menampilkan senyuman namun hati menangis. Dia yang aku sayang, selalu tak melihatku karena matanya hanya tertuju pada gadis yang dia gilai disana. Aku hanya menjadi pelabuhan ketika dia terpuruk. Tapi aku tetap senang.
Suatu hari kuputuskan untuk merelakannya. Tak akan ku cari lagi, ku tunggu lagi, ku harapkan lagi. Dia impianku yang cukup ku raih walau sekejap dan tak bisa ku genggam selamanya.
Aku membuka diri, mata, hati, pikiran dan mengubah tujuan. Aku menepi pada hati yang baru. Meragukan tanpa sedikitpun dapat meyakinkan. Aku menapak pada hati seorang lelaki muda.
Hari yang tak diduga, tak diharapkan berada dihadapanku. Seorang lelaki yang dulu aku sayangi dengan sangatnya, dia berada tepat didepan pandanganku. Kita bertemu saling sapa. Aku akui, senang rasanya dapat melihatnya dengan nyata dan menyentuh telapak tangannya yang dulu sempat menggenggam tanganku. Banyak kata terlontar mencurahkan resah gelisah selama kita merasa saling kehilangan.
Dia lekaki yang dulu sangat ku sayangi, memintaku kembali. Dia ingin menggenggam tanganku, memelukku ragaku, mencium keningku, menaburiku seperti bunga dengan kasih sayangnya kembali seperti dulu. Aku bingung, aku juga senang. Aku bingung karena aku sudah punya hati yang baru yang menyimpanku di dalamnya, sedangkan aku senang karena ambisi sumpahku terbukti.
Aku meninggalkan hati yang sedang menggenggamku untuk hati lama yang sempat mengusirku. Aku takut kehilangannya  karena dulu Tuhan sempat memberiku bahagia itu dengannya. Kali ini Tuhan memberi dia kesempatan dan peluang untukku kembali menjadi kita.
Bahagia ku rasakan. Tanpa peduli pada hati yang menggenggamku. Waktu demi waktu yang terus berputar, aku menyadari satu hal. Apa yang aku lakukan ini? Aku menyakiti dia yang menggenggamku. Tidakkah aku ingat sakitnya ditinggalkan? Ku sadari pula, hatiku sudah tak sama dengan dulu, rasaku padanya tidak lagi dengan sangat, melainkan hanya merasa senang dan puas karena sumpahku terbukti. Aku merasa sombong kala itu.
Merenung bertanya pada hatiku, dimanakah seharusnya hati ini. Menimbang kasih, aku menyadari hatiku untuk lelaki terkasih yang menyambutku dikala aku rapuh saat dulu. Tapi bisakah aku kembali?
Akhir bulan desember, akhir tahun 2010. Aku melewatinya dengan seorang lelaki yang kembali untukku, tapi aku ingin dengan yang lain. Aku mungkin jahat kala itu, ketika detik terakhir tahun itu, ku sambut tahun 2011 dengan harapan tahun selanjutnya aku dapat kembali pada hati yang sempat ku sakiti dulu. Aku ingin kembali. Maaf jika aku terlalu egois berharap akan semuanya. Aku mungkin sangat keterlaluan mengharapkan kasih lama disamping seorang lelaki yang kusumpahi dulu. Dia menggenggam tanganku, menyertakan doa agar kita selamanya namun ku berharap semuanya berhenti untuk aku dan dia. Aku ingin menghentikan "kita". MAAF!


Rabu, 11 April 2012

Mungkin Dia Begini Tidak Begitu

Gadis bertubuh mungil, bertinggi 150cm pun tidak, berkulit sawo matang. Matanya yang sipit terkadang membuatnya seolah orang cina kebanyakan. Hidungnya tidaklah mancung, namun tetap bernapas. Rambutnya pirang kecoklatan.
Kebanyakan orang yang tidak mengenalnya pasti akan berkata dia jutek. Mungkin karena matanya sipit, mungkin karena tidak ramah, mungkin suka berkata sinis, mungkin suka memalingkan wajah. Mungkin..
Sebenarnya tidak begitu, tapi mungkin juga memang begitu. Semuanya mereka yang menilai. Mereka bebas berpendapat, entah baik atau buruk.
Dia mungkin selalu terlihat lesu bahkan sedih diwajahnya, sebenarnya tidak begitu. Wajahnya saja yang lupa untuk tersenyum. Mungkin dia lupa membawa accecoris dibibirnya. Mungkin karena matanya yang sipit, dia seolah menjadi seorang yang sinis. Entahlah..
Dia bisa tertawa hingga menangis karena sulit menghentikan tawa. Dia bisa lincah ketika dengan orang-orang tersayang. Dia bisa ramah dan tersenyum menyapa kepada temannya. Dia bisa berkata banyak kepada orang-orang terpercayanya. Dia bisa bercanda gurau dilingkungan terdekatnya.
Mungkin berbeda nilai ketika nilai itu keluar dari orang tak dikenalnya. Dia bukanlah begitu, dia hanya tak ingin menjadi palsu. Dia ingin menjadi diri sendiri tanpa memakai topeng baik untuk menipu daya pandangan orang. Untuk apalah berpura-pura karena itu sungguh busuk untuknya. Dia mungkin akan terkesan negative bila orang tidak mengenalnya. Kenalilah dulu, maka nilai-nilaimu akan dia patahkan.