Aku
anak bungsu dari 3 bersaudara. Berperawakan subur, rambut pirang, kulit putih
dan berhidung mini karena terhimpit pipi, ya itu semua anugrah fisik yang aku
punya. Oh ya, namaku Felly Latifah, biasanya aku disapa bule karena kulitku inj
atau ada juga yg menyapaku fey. Hmm, kedua kakakku sudah menikah dan mempunyai
anak yang masing-masing baru 1 saja dan lelaki semua. Hanya aku yang belum
menikah, bukan tak ada yang mau meminangku hanya saja aku masih bersekolah
ketika itu.
Aku
seringkali bergonta-ganti pacar, bukan hobi tapi tak ada yang dirasa pas
denganku. Nah, untuk kali ini lain ceritanya bukan tidak pas bukan tidak suka
bukan tidak sayang bukan juga tidak kaya, tapi karena ayahku tidak setuju. Kalo
ibu sih menurut saja gimana ayah. Ayahku tidak merestui hubungan kami karena
pacarku tinggal didepan gang rumahku. Mungkin tidak ada yang salah, hanya saja
karena pengalaman kakak pertamaku yang menikah dengan seorang lelaki yang juga
bertempat tinggal didaerah yang sama. Dan pernikahan mereka harus bercerai
karena sesuatu hal. Yaa, namanya satu daerah pasti saja akan banyak tetangga
yang membicarakan, sehingga ayahku menghindari hal itu.
Pacarku,
Yoga Setiady. Dia cukup tampan dengan hidung mancungnya, berbadan tinggi dan
kulitnya sawo matang. Ady dikenal sebagai lelaki yang rajin sholat dan aktif di
organisasi.
Aku
memang sudah kenal lama dengannya, hanya saja kita menjadi dekat ketika adanya
Karang Taruna. Seringnya acara rapat hingga larut malam, membuat dia selalu
mengantarku pulang ya meskipun hanya ditemani berjalan kaki. Sampailah pada
hari kemerdekaan dan acara puncak tsekaligus berakhirnya rapat karang taruna alasan
untuk kita bertemu. Malam itu seperti biasanya Ady mengantarku pulang, tetapi…
Sebelum
aku masuk rumah, tiba-tiba saja Ady memegang tanganku. Tangannya dingin sekali
sangat terasa ditelapak tanganku. Aku terdiam melihatnya yang sedang memandangku
dengan berbinar-binar memalu. Lalu dia berkata..
“fey..”
Ady menyebut namaku lembut,
“yaa,
kenapa dy?” tanyaku,
“hmm
aku seneng kita bisa deket, aku rasa aku sayang sama kamu fey..” Ady menatapku,
“aku
juga seneng kita deket” tertunduk malu,
“kamu
mau ga kalo kita pacaran?”
“hmmm..
iya aku mau” aku menerimanya.
Akhirnya
malam itu 1 Agustus 2009 aku resmi menjadi pacarnya hehehe.
###
Hubunganku
dengan Ady bisa dibilang mulus. Bukan berarti tak pernah ada masalah, hanya
saja semuanya kita nikmati sebagai alasan untuk kita menjadi lebih mengenal satu
sama lain dan saling mengerti. Tetapi, 4 bulan berlalu, aku merasa ragu dan
takut. Ini karena ramalan guru teaterku, Kang Jono anak teater biasa
menyapanya.
Ujian
praktek seni yang mewajibkan setiap siswa untuk menampilkan karyanya dengan bernyanyi
berkelompok, menjadi jalan untuk aku berkenalan dengan guru teater dulu di
sekolah temanku. Aku dan teman-teman berkumpul dirumah Maya untuk latihan. Aku
senang dilatihnya, karena aku juga suka bernyanyi. Selesai latihan, kami
beristirahat mengemil hidangan kue isambila bercanda dan tertawa seru. Sedang asyik
dengan lelucon teman-temanku, Ady datang menjemputku.
Aku
memang meminta Ady menjemputku, tapi tak disangka dia datang begitu awal. Dia
menungguku diteras rumah Maya. Lalu Kang Jono bertanya..
“itu
pacarmu Fey?” tanya Kang Jono,
“iya
hehe, cakep ya?” jawabku dengan candaan,
“ah
bentaran lagi juga putus” celetuk Kang Jono,
“loh
ko gitu sih Kang? Emangnya kenapa?” aku bertanya heran,
“ah
gak apa-apa ko.. ga usah dipikirin” Kang Jono mengalihkan,
“ih
serius dong Kang, fey penasaran nih, emang bener ya aku bakalan putus sama Ady?”
“kamu
ada masalah gak sama dia?”
“gak
ada ah, kita mesra ko” jawabnya tegas,
“orangtua
kamu suka sama Ady gak?” Kang Jono bertanya,
“hmmm..
ko Kang Jono tau?” aku terheran,
“sini
pinjam tangan kirimu, biar akang lihat” dia menerawang garis tanganku, Kang
Jono tersenyum.
“Kang,
gimana?” aku penasaran
“Ya
orangtua kamu gak setuju sama Ady, akang sih gak tau itu karena apa tap akang
yakin kamu pasti tau kenapa” Kang Jono menjelaskan,
“Jadi
aku harus gimana Kang? Fey sayang sama Ady”
“Kamu
harus siap, sabar dan terima kenyataan. Mau kamu berusaha seperti apapun, orang
tuamu tak akan pernah merestui hubungan kalian”
Aku
terdiam sedih dan melihat keluar semoga saja Ady tidak mendengar yang aku
bicarakan dengan Kang Jono.
“Udah
jangan sedih gitu, pulang sana kasian pacarmu nunggu didepan. Jangan terlalu
dipikirkan, hak kamu mau percaya atau tidak dengan ramalan akang. Tapi dari
semua yang pernah akang ramal, semuanya benar dan terjadi seperti apa yang
akang ramalkan” Kang Jono menenangkan sekaligus memanasiku.
Aku
pulang dengan beban ramalan Kang Jono. Aku memikirkannya, aku menjadi sedih
jika harus membayangkan putus dengan Ady. Apa jadinya jika benar putus dan aku
harus melihat menggandeng wanita baru disisinya. Bukan tidak mungkin aku tidak melihatnya
kan jika rumah kami hanya bersebrangan gang. Aku menghela napas menenangkan
diri dan menelpon Ady mencoba untuk menepis ramalan siang tadi.
###
Dua
tahun sudah aku dan Ady masih berpacaran. Seringkali masalah datang mencoba
mengakhiri hubunganku. Ayah dan ibuku masih saja belum merestui hubungan kami. Tapi
meskipun begitu ayah dan ibu tidak memperlihatkannya. Ady sering main ke
rumahku, ayah dan ibu juga bersikap sewajarnya saja. Tapi bulan desember 2011,
ayahku meninggal karena serangan jantung. Aku menangis menjerit tak terima ayah
meninggalkanku. Aku sangat sedih, karena ayah belum melihatku menikah.
Seiring
berjalannya waktu, banyak tanya akan dibawa kemana hubunganku dengan Ady. Ibu memang
tidak suka pada Ady, tapi juga tidak melarangku. Akhirnya ibu menyetujui aku
dan Ady untuk bertunangan.
Setaun
setelah tunangan, masalah datang silih berganti kian sulitnya masalah itu
menaikkan levelnya. Ibuku ingin agar aku segera menikah dengan Ady, tapi Ady
belum siap saat itu dikarenakan materi dan juga keluarganya yang terlihat
mengundur pernikahan kami. Karena tak kunjung mendapat solusi, aku putus asa
dan aku mengakhiri hubunganku dengan Ady.
Begitu
sulit, karena banyak celah untuk bertemu dan tak bisa jika berjauhan dengannya.
Meskipun
sudah putus, aku dan Ady tetap bertemu seperti biasa. Bertemu tetapi terasa
rindu, entah apa yang aku rindukan. Aku merasa sedih saja hubungan yang lama ku
jalin hingga pertunangan harus kandas hanya karena pernikahan yang tertunda.
Ady,
Yoga Setiady.. aku sayang kamu!
###
Sebulan
kami memutuskan hubungan, aku dan Ady yakin akan cinta yang kami bangun sejak
awal. Ady berjanji akan menikahiku secepatnya. Aku pun rela merayu ibuku agar merestui
hubungan kami untuk menikah. Untungnya ibu tak sulit ku rayu, karena selain ibu
sudah tua, ibu ingin menyelesaikan tugasnya hingga mengantarkan anaknya ke
gerbang pernikahan.
Dan
terjadilah suatu pertemuan keluargaku dan keluarga Ady. Tanggal pernikahan pun
sudah ditetapkan, bulan depan! Ya bulan depan, Oh Tuhan aku senang sekali dan
tak bisa sabar untuk kali ini. Aku dan Ady akan menikah, tinggal satu atap dan
aku dapat terlelap dipeluknya setiap malam. Ady, suamiku? Ah, rasanya aku geli
mengatakannya hihihi.
Surat
undangan, dekorasi, catering dan riasan pengantin pun sudah siap. Aku hanya
tinggal menghitung hari untuk mendengar para saksi berseru “sah.. sah.. sah”
hahahahhaha
Hari
rabu 4 September 2013, hari dimana Ady meminangku dengan kalimat syahadat untuk
menjadikanku halal. Aku cantik sekali dengan busana pengantin berwarna putih
bermanik-manik, sanggulan rambutku yang menjunjung gedung membuat tamu
terpesona, belebihan sekali bukan? Hahahahha. Ady juga tampan sekali memakai
peci membacakan ijab qobul untuk memperistriku, aku senang dan senang hingga
sulit kujelaskan rasanya.
Sekarang,
aku dan Ady sudah memiliki satu orang anak lelaki dan baru berusia 2bulan. Namanya
Bayu, dia mirip sekali dengan Ady hehehe. Hidung dan kulitnya diwarisi Ady,
tetapi bibirnya sepertiku orang-orang bilang. Kini aku menyayangi dua lelaki,
Ady dan Bayu.
***