Dimana ada awal maka juga akan
ada akhir. Begitu pula dengan tahun, ada awal bulan dan akhir bulan. Aku pernah
sangat menyayangi seorang lelaki. Sayangku sebenarnya manis untuknya, tapi
menghasilkan rasa yang pahit. Wajahku menampilkan senyuman namun hati menangis.
Dia yang aku sayang, selalu tak melihatku karena matanya hanya tertuju pada
gadis yang dia gilai disana. Aku hanya menjadi pelabuhan ketika dia terpuruk.
Tapi aku tetap senang.
Suatu hari kuputuskan untuk
merelakannya. Tak akan ku cari lagi, ku tunggu lagi, ku harapkan lagi. Dia
impianku yang cukup ku raih walau sekejap dan tak bisa ku genggam selamanya.
Aku membuka diri, mata, hati,
pikiran dan mengubah tujuan. Aku menepi pada hati yang baru. Meragukan tanpa
sedikitpun dapat meyakinkan. Aku menapak pada hati seorang lelaki muda.
Hari yang tak diduga, tak
diharapkan berada dihadapanku. Seorang lelaki yang dulu aku sayangi dengan
sangatnya, dia berada tepat didepan pandanganku. Kita bertemu saling sapa. Aku
akui, senang rasanya dapat melihatnya dengan nyata dan menyentuh telapak
tangannya yang dulu sempat menggenggam tanganku. Banyak kata terlontar
mencurahkan resah gelisah selama kita merasa saling kehilangan.
Dia lekaki yang dulu sangat ku
sayangi, memintaku kembali. Dia ingin menggenggam tanganku, memelukku ragaku,
mencium keningku, menaburiku seperti bunga dengan kasih sayangnya kembali
seperti dulu. Aku bingung, aku juga senang. Aku bingung karena aku sudah punya
hati yang baru yang menyimpanku di dalamnya, sedangkan aku senang karena ambisi
sumpahku terbukti.
Aku meninggalkan hati yang
sedang menggenggamku untuk hati lama yang sempat mengusirku. Aku takut
kehilangannya karena dulu Tuhan sempat memberiku bahagia itu dengannya.
Kali ini Tuhan memberi dia kesempatan dan peluang untukku kembali menjadi kita.
Bahagia ku rasakan. Tanpa
peduli pada hati yang menggenggamku. Waktu demi waktu yang terus berputar, aku
menyadari satu hal. Apa yang aku lakukan ini? Aku menyakiti dia yang
menggenggamku. Tidakkah aku ingat sakitnya ditinggalkan? Ku sadari pula, hatiku
sudah tak sama dengan dulu, rasaku padanya tidak lagi dengan sangat, melainkan
hanya merasa senang dan puas karena sumpahku terbukti. Aku merasa sombong kala
itu.
Merenung bertanya pada hatiku,
dimanakah seharusnya hati ini. Menimbang kasih, aku menyadari hatiku untuk
lelaki terkasih yang menyambutku dikala aku rapuh saat dulu. Tapi bisakah aku
kembali?
Akhir bulan desember, akhir
tahun 2010. Aku melewatinya dengan seorang lelaki yang kembali untukku, tapi
aku ingin dengan yang lain. Aku mungkin jahat kala itu, ketika detik terakhir
tahun itu, ku sambut tahun 2011 dengan harapan tahun selanjutnya aku dapat
kembali pada hati yang sempat ku sakiti dulu. Aku ingin kembali. Maaf jika aku
terlalu egois berharap akan semuanya. Aku mungkin sangat keterlaluan
mengharapkan kasih lama disamping seorang lelaki yang kusumpahi dulu. Dia
menggenggam tanganku, menyertakan doa agar kita selamanya namun ku berharap
semuanya berhenti untuk aku dan dia. Aku ingin menghentikan "kita".
MAAF!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar