Seorang laki-laki, kakak
kelasku di SMA. Dia bernama Erik Akbar, kita hanya terpaksa saling mengenal
karena berteman dengan sekumpulan orang yang sama. Kenal tanpa sengaja,
meskipun aku tau semuanya kesengajaan karena semuanya sudah diatur oleh Sang
Pencipta. Berawal biasa saja, tidak ada yang istimewa. Sebulan mungkin berlalu
ternyata kita sudah saling mengirim pesan. Biasanya pesan itu mengenai
perhatian-perhatian kecil, namun kita tidak, dia bercerita mengenai rasa cinta
pada seorang perempuan yang juga seumuran denganku. Aku begitu melayang jika
menjadi perempuan itu, dicintai sebegitunya oleh seorang laki-laki. Dia rela
melakukan apa saja untuk perempuannya. Tapi sayang, perempuan itu hanya
memanfaatkan kasih sayang dan materi. Aku memang tidak mengenalnya saat itu,
tapi kesannya memang seperti itu dan bukan hanya aku saja yang beranggapan
seperti itu.
Tanpa disadari sudah 3 bulan
aku dan dia selalu bercerita bertatap muka, mendengar suaranya dan kadang
begitu rindu meskipun setiap hari bertemu. Aku merasa begitu bergantung
padanya. Aku merasakannya, dia pun juga. Yaa, kita berdua tidak bisa mendustai
hati.
Lalu bagaimana dengan perempuan yg dia cinta sebelumnya?
Aku cukup tahu diri untuk
mencintai laki-laki perempuan lain. Aku siap untuk mundur karena aku salah telah
begitu perasa pada perhatiannya. Dia tak ingin aku berlalu melewati rasa yang
dibuahi kita berdua.
Dan ditinggalkannya perempuan
yg dia cinta sebelum aku.
Hari dimana biasanya diadakan
upacara bendera tepat tanggal 28 April 2008, kita jadian! Yaa mungkin pada masa
itu bisa disebut hari jadi kita ketika memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan tali kasih.
Erik, laki-laki pertama yang
aku kenalkan kepada orangtuaku sebagai pacar. Ini mungkin pertama kalinya juga
aku merasa seperti anak remaja pada umumnya. Dia mengantar jemput aku sekolah
setiap hari. Aku begitu bangga jika melewati anak-anak perempuan yang sedang
berjalan menuju gerbang sekolah. Aku seperti layak untuk sombong pada mereka
yang hanya berjalan dengan teman sekelasnya.
Erik, dia yang selalu
memboncengiku dengan Tigernya “blacky’ hanya membahagiakanku sebagai pacar
untuk 2 minggu. Yaa, hanya 2 minggu, karena minggu ketiga hubungan kita hanya
tinggal cerita. Dia meninggalkanku tanpa alasan.
Sakit hati rasanya, tapi aku
tidak bisa membencinya. Dia tetap berlalu dan aku masih saja memikirnya.
9 bulan berlalu. Aku masih
tetap sama, masih menyanyanginya dan selalu merindukannya. Kesempatan kedua
menghampiriku. Dia datang kembali mengunjungi hidupku. Tanpa ku sia-siakan
kesempatan, kita kembali merajut kasih pada hari ke 9 bulan februari 2009. Aku
senang walaupun ada rasa takut ditinggalkan lagi, takut jika bahagia ini hanya
hitungan minggu seperti tahun lalu. Tapi ternyata tidak..
Sebulan dua bulan kita begitu
bahagia. Aku diajak kesana kemari ketempat dia bergaul. Aku dikenalkan semua
teman-temannya.
Namun, 3 bulan hubungan kitapun
kandas kembali. Dia bilang aku posesif, aku over protectif, aku cemburuan, aku
seperti anak kecil. Begitu menyakitkanku dia hanya melihat itu dalam diriku.
Tidakkah dia lihat aku begitu sayang padanya?
Saat itu aku rapuh. Menangis
menangis dan menangis setiap kali aku ingat. Aku begitu sayang, aku rindu ingin
bertemu. Aku hanya bisa melihat album foto kita, mendengarkan lagu-lagu
kesukaan kita. Tapi masih ada harapankah aku dan kamu menjadi kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar