Berbulan
– bulan, bulan bertemu bulan, hari
demi hari waktu terus berjalan. Ingatan yang begitu kekal, kenangan yang abadi,
sulit kulupakan. Sendiri merajut harapan, tenggelam dalam kenangan, hanyut dengan berkubik-kubik rindu.
Rindu
pada laki-laki 20 Juli 1990, masih adakah aku diingatanmu? Aku tidak tau. Aku
melewati hari dengan segala kegiatan yg didalamnya selalu ada jadwal rutinku
untuk merindukanmu. Aku disini dan mungkin kamu diujung sana jauh denganku. Aku
seperti monitor yg selalu memantau metamorfosa hidupmu. Tidak bosan dan tidak
akan lupa.
Dalam
renung, aku mencoba untuk bangkit. Bangkit menjadi individu baru dengan sejuta
impian penuh semangat. Aku berlatih untuk amnesia tentang kamu.
Hai
laki-laki 20 Juli 1990, aku akan merelakanmu. Tapi hatiku rasa menyimpan
dendam. Baiklah, ini memang tidak baik, tapi hati yang tersakiti tidak akan
melepaskannya begaitu saja.
Hai
laki-laki 20 Juli 1990, sebelum aku pergi, aku menitipkan sebuah sumpah “Kamu yang telah menyakitiku 2 kali, ya 2 kali! Aku tidak rela diriku
dibeginikan, lihat saja kamu pasti akan menyesal! Kamu akan merasakan hatiku,
akan ku saksikan sumpahku”.
Hai,
meskipun menyayangimu begitu menyakitkan. Aku masih bisa merasakan sayang.
Terima kasih teruntuk kamu sayang yg menyakitkan.